Minggu, 25 November 2012

JAWA TIMUR FOLKTALE III

Keruntuhan Singhasari

      Jayakatwang anak dari Kertajaya Raja Kediri, sesungguhnnya menyimpan dendam. Diam-diam ia menyusun strategi untuk merebut kembali kejayaan Kediri. Ia pun mengutarakan niatnya kepada seorang Akuwu di Madura, yaitu Arya Wiraraja. Arya Wiraraja menyetujui dan menyarankan Jayakatwang membagi pasukan menjadi dua. Satu pasukan kecil menyerang dari utara, satu pasukan besar menyerang lewat selatan. Sehingga Kertanegara terkecoh.
        Diluar perkiraan, perkawinan politik Dyah Lembu Tal tidak sesuai rencana. Ia batal menjadi permaisuri di Kerajaan Sunda. Karena suaminya Rakeyan Jayadarma meninggal sebelum naik tahta. Akhirnya ia dan putranya Raden Wijaya pulang kembali ke Singhasari. Di sini ia dinikahkan dengan empat orang putri Kertanegara. Pesta besar digelar di istana. Tapi kemeriahan pesta pernikahan berubah menjadi kekalutan ketika seorang telik sandi mengabarkan ada penyerangan oleh pasukan Kediri yang dipimpin Jayakatwang dari arah utara. Seketika Kertanegara menghentikan pesta dan mulai mempersiapkan perlawanan dari serangan yang tiba-tiba ini. Mahapatih Singhasari waktu itu memerintahkan pasukan untuk menyerbu ke gerbang utara, tetapi hal ini sempat ditentang oleh salah seorang Patih dan mengusulkan pasukan dibagi tiga ke gerbang utara, selatan dan pertahanan di pusat kota. Tetapi Mahapatih menolak karena menganggap serangan Jayakatwang akan mudah ditumbangkan. Karena Mahapatih sudah danggap paling berpengalaman, akhirnya pasukan dibawa ke gerbang utara. Apa yang terjadi, Setelah pasukan meninggalkan kota, pasukan Jayakatwang dari arah selatan dengan leluasa memporakporandakan Singhasari. Membunuh Kertanegara dan bergabung ke utara untuk mengalahkan pasukan Singhasari yang kalah mental saat mengetahui rajanya mati dan istana sudah diduduki. Raden Wijaya yang kala itu memimpin ke utara berhasil meloloskan diri bersama sekitar duabelas pasukannya yang tersisa. Ia lari dari kejaran sampai menyebrang ke Madura. Di Madura, ia meminta perlindungan kepada Arya Wiraraja. Arya Wiraraja menyanggupinya dan membujuk Jayakatwang agar melepaskan Raden Wijaya. Karena Arya Wiraraja yang meminta, Jayakatwang pun mau. Akhirnya Raden Wijaya kembali ke Singhasari dan berkumpul dengan para istrinya. Ia kemudian diberi sebuah lahan untuk dibuka, lahan tersebut masih berupa hutan dan berada di daerah Trowulan - Mojokerto.
       Disaat membuka hutan itulah para pekerja yang kehausan menemukan sebuah pohon yang memiliki buah yang terlihat menyegarkan. Karena banyak pohon yang seperti itu, akhirnya para pekerja itu mengumpulkan buahnya dan mempersembahkan kepada Raden Wijaya. Saat dimakan ternyata buah itu berasa pahit. Dan jadilah buah itu diberi nama Maja karena rasanya pahit melilit. Dan tempat baru itu diberi nama Majapahit. Kemudian diangkatlah Raden Wijaya sebagai akuwu di daerah itu. Banyak rakyat Singhasari yang loyal kepada Kertanegara pindah ke Majapahit.


Kedatangan Tentara Mongol

          Selama kejadian itu brlangsung, tentara Mongol yang akan menyerang Singhasari masih dalam perjalanan lewat laut, perjalanan ini memakan waktu tahunan karena hanya mengandalkan layar. Mereka akhirnya tiba di kepulauan Indonesia. Singgah di Belitung dan kemudian menyusuri pantai utara Jawa dan sampai di Surabaya. Raden Wijaya yang mengetahui kedatangan tentara Mongol langsung menyambut mereka dengan hangat, dan bertanya,"Apakah tuan-tuan datang kemari untuk menyerang Kertanegara yang angkara itu? Sesungguhnya saya bisa mengantarkan tuan-tuan sekalian ke istanannya di Singhasari, karena saya sebenarnya juga merencanakan sebuah pemberontakan kepadanya. Tuan-tuan boleh singgah di daerah saya dan menyusun strategi".  Karena tidak tahu apa-apa tentara-tentara Mongol itupun mau saja. Raden Wijaya dan pasukannya membawa orang-orang Mongol yang tidak pernah tahu wajah Kertanegara kepada Jayakatwang, dan mengatakan bahwa Jayakatwang adalah Kertanegara.
         Jayakatwang akhirnya tewas dalam serangan membabi buta ini, pasukan Mongol yang senang karena telah berhasil membunuh orang yang dikiranya Kertanegara, mengadakan pesta di istana, mereka tenggelam dalam euforia kemenangan. Raden Wijaya dan pasukannya tak ikut pesta, dengan alasan akan mengambil upeti untuk raja baru ia kembali ke Majapahit dan diikuti oleh 200 orang pasukan Mongol yang setengah sadar karena arak. Ditengah perjalanan 200 pasukan Mongol itu dibinasakan dengan mudah. Lalu Raden Wijaya kembali ke Majapahit untuk membawa lebih banyak pasukan dan membumihanguskan pasukan Mongol yang tertidur lelap karena arak dan tak menyangka akan serangan Raden Wijaya. Hanya sedikit di antara mereka yang berhasil selamat dan pulang ke China. Demikanlah Raden Wijaya berhasil memanfaatkan pasukan Mongol untuk merebut kembali kerajaan Ken Arok. Kemudian Raden Wijaya mendirikan sebuah kerajaan baru di Majapahit. Dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardana ia naik tahta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar